Pluviophile: Si Pecinta Hujan dan Dunia Sunyi yang Menenangkan
Pendahuluan
Saat sebagian orang mengeluh karena hari hujan membuat pakaian tak kering, jalanan macet, atau suasana terasa suram, ada segelintir individu yang justru tersenyum hangat kala langit mendung. Mereka menikmati aroma tanah basah, suara gemericik hujan di jendela, hingga sensasi damai saat langit menangis. Orang-orang seperti ini dikenal dengan sebutan pluviophile.
Tapi apa sebenarnya arti dari kata pluviophile? Apakah ini hanya istilah puitis atau memiliki makna psikologis yang lebih dalam? Dalam artikel ini, kita akan membahas secara menyeluruh tentang pluviophile: mulai dari definisi, asal-usul kata, karakteristik psikologis, hingga perspektif ilmiah tentang mengapa seseorang bisa jatuh cinta pada hujan.
Apa Itu Pluviophile?
Pluviophile berasal dari bahasa Latin dan Yunani:
-
“Pluvia” (Latin) berarti hujan
-
“Phile” (Yunani) berarti pecinta
Maka secara harfiah, pluviophile adalah seseorang yang mencintai hujan. Lebih dari sekadar menyukai cuaca hujan, seorang pluviophile merasa damai, bahagia, bahkan terinspirasi saat hujan turun.
Karakteristik Seorang Pluviophile
Tidak semua orang yang menikmati hujan otomatis bisa disebut pluviophile. Mereka yang tergolong sebagai pluviophile sejati umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Merasa Tenang Saat Hujan
Alih-alih merasa malas atau murung, pluviophile merasakan kedamaian mendalam saat hujan turun. Hujan bagi mereka adalah terapi alami.
2. Menikmati Aroma Hujan
Pluviophile cenderung menyukai aroma tanah setelah hujan, yang disebut petrichor. Ini adalah kombinasi senyawa kimia dari tumbuhan dan tanah yang dilepaskan saat hujan pertama membasahi bumi kering.
3. Suka Menatap Langit Mendung
Langit kelabu bukan berarti suram. Justru bagi pluviophile, awan gelap dan kabut membawa ketenangan visual dan keheningan batin.
4. Punya Rutinitas Khas Saat Hujan
Misalnya, menyeduh teh atau kopi, membaca buku, menulis puisi, atau hanya duduk di dekat jendela sambil mendengarkan rintik hujan.
5. Tertarik pada Musik atau Seni yang Melankolis
Pluviophile cenderung memiliki preferensi terhadap karya seni yang kontemplatif, reflektif, dan melankolis—mirip dengan suasana hujan.
Mengapa Seseorang Bisa Menjadi Pluviophile?
1. Kaitan dengan Sistem Saraf dan Stres
Menurut psikolog Susan Krauss Whitbourne, Ph.D., suara hujan memiliki efek white noise yang bisa menenangkan otak dan menurunkan kortisol (hormon stres). Suara ritmis rintik hujan bekerja seperti meditasi alami.
“Rain sounds have a consistent rhythm and tone that help the brain relax and focus.”
— Psychology Today, 2018
2. Efek Sensorik dan Nostalgia
Aroma hujan atau tekstur udara dingin sering memicu kenangan masa kecil atau momen-momen penuh emosi. Ini bisa menciptakan rasa nyaman dan keterikatan emosional yang dalam.
3. Kepribadian Introvert
Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan kepribadian introvert atau tinggi dalam trait openness to experience (terbuka pada pengalaman) lebih cenderung menikmati hujan dan suasana sendu. Mereka melihat hujan sebagai waktu untuk merenung dan mengisi ulang energi.
4. Hujan sebagai Simbol Refleksi
Dalam banyak budaya dan sastra, hujan sering dikaitkan dengan proses pemurnian, perubahan, atau momen introspektif. Pluviophile umumnya memiliki kecenderungan untuk berpikir dalam dan merefleksikan hidup.
Perspektif Psikologi: Apakah Ini Gangguan atau Gaya Hidup?
Pluviophile bukanlah diagnosis psikologis atau kondisi medis. Tidak ada entri resmi dalam DSM-5 (manual diagnosis gangguan mental). Ini lebih kepada preferensi emosional atau estetis.
Namun, jika seseorang menunjukkan kecenderungan hanya merasa bahagia saat hujan dan merasa murung saat cuaca cerah, bisa jadi ada indikasi mood dependency yang perlu diperhatikan.
Tetapi dalam mayoritas kasus, menjadi pluviophile adalah bagian dari keunikan karakter—bukan gangguan.
Fenomena Pluviophile dalam Budaya Populer
Hujan sering digambarkan secara romantis atau reflektif dalam film, musik, dan sastra. Beberapa contoh:
-
Film: The Notebook, Midnight in Paris, Before Sunrise – menampilkan hujan sebagai simbol momen emosional mendalam.
-
Lagu:
-
"Set Fire to the Rain" – Adele
-
"Rain" – The Beatles
-
"Purple Rain" – Prince
-
-
Sastra: Dalam puisi karya Sapardi Djoko Damono, hujan kerap hadir sebagai simbol cinta diam-diam dan waktu yang berjalan tenang.
Manfaat Menjadi Pluviophile
Meski terdengar sederhana, mencintai hujan bisa berdampak positif:
-
Mengurangi Stres Secara Alami
Efek relaksasi dari suara hujan bisa mengurangi kecemasan. -
Meningkatkan Kreativitas
Banyak penulis, musisi, dan seniman yang mendapatkan inspirasi terbaik saat hujan. -
Mendekatkan Diri dengan Alam
Pluviophile lebih peka terhadap perubahan cuaca dan siklus alam. -
Mendorong Kehidupan yang Lebih Reflektif
Pluviophile umumnya punya waktu lebih banyak untuk merenung, mengevaluasi diri, dan mengapresiasi hal kecil.
Tips Menikmati Hujan seperti Seorang Pluviophile
Bagi Anda yang ingin mulai menikmati hujan, berikut beberapa cara:
-
Putar musik instrumental lembut saat hujan turun
-
Coba journaling atau menulis refleksi saat hujan
-
Nikmati teh hangat dan selimut sambil membaca buku
-
Berjalan santai di bawah hujan gerimis (dengan jas hujan)
-
Gunakan aplikasi white noise hujan untuk relaksasi malam
Kesimpulan
Pluviophile adalah mereka yang menemukan keindahan, kedamaian, dan inspirasi dalam rintik hujan. Mereka memandang hujan bukan sebagai gangguan, tapi sebagai sahabat sunyi yang membawa ketenangan. Dalam dunia yang serba cepat dan bising, menjadi pluviophile adalah bentuk perlawanan yang lembut terhadap kegaduhan. Hujan, bagi mereka, adalah pelukan alam yang penuh kasih.
Referensi
-
Psychology Today. (2018). Why Some People Love Rain. https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-real-story-risk/201805/why-some-people-love-rain
-
Live Science. (2019). Why Does the Smell of Rain Seem So Appealing? https://www.livescience.com/43513-what-is-petrichor.html
-
Whitbourne, Susan K. (Ph.D). White Noise, Rain Sounds, and the Brain. https://www.psychologytoday.com/us/blog/fulfillment-any-age/201802/why-white-noise-works
-
Scientific American. (2020). The Neuroscience of Nostalgia Triggered by Rain. https://www.scientificamerican.com/article/how-weather-affects-mood/
-
The Atlantic. (2016). The Introvert’s Love for Rain. https://www.theatlantic.com/science/archive/2016/09/why-do-we-love-rain/500561/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kolom Kritik dan Saran: